Selasa, 13 Mei 2008

Lelaki Akhirat


Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). (Al-An’am [6]: 162-163)

Generasi awal dari umat ini adalah generasi yang langsung mendapat didikan dari Rasulullah Saw. Mereka tumbuh dalam bingkai keimanan, besar dengan Al-Quran, dan selalu menghiasi seluruh rangkaian kehidupannya dengan ibadah serta ketaatan kepada Allah. Rasulullah Saw. sendiri memuji generasi awal ini dalam haditsnya,” Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kamu ialah yang hidup pada zamanku (sahabat), kemudian orang-orang yang hidup sesudah zamanku (tabiin), kemudian orang-orang yang hidup sesudah mereka (tabiut tabiin), kemudian orang-orang yang hidup sesudah mereka.”

Bukan tanpa alasan Rasul menganugerahkan predikat generasi terbaik kepada para sahabatnya. Bukan karena sekedar mereka hidup sezaman dengan Rasulullah, maka zaman tersebut lantas menjadi periode terbaik yang pernah dimiliki oleh umat ini. Tetapi, hal ini lebih dikarenakan oleh sifat-sifat mereka yang rabbani, yang mendedikasikan seluruh detik dalam kehidupannya untuk beribadah dan berdakwah ilallah.

Orang bijak pernah berkata, adalah suatu hal yang lumrah, ketika kita menanam sebatang pohon, maka di sekitarnya akan ikut tumbuh berbagai macam rerumputan. Namun, sebaliknya, sangat mustahil jika kita menanam rerumputan, diantara rerumputan itu akan tumbuh pohon besar yang menjulang, meskipun hanya sebatang. Kondisi ini sama halnya dengan ketika kita menjadikan akhirat yang lebih utama sebagai tujuan, maka dunia akan mengikuti. Tapi, jika target kita hanya sebatas dunia, kebahagiaan negeri akhirat hanya akan menjadi angan belaka.

Mental penanam pohon ini diresapi benar oleh para generasi terdahulu. Para sahabat yang hidup pada periode Rasulullah, memiliki orientasi akhirat yang jelas. Cita-cita mereka adalah bertemu Allah Swt di akhirat, dan tujuan mereka adalah jannah. Dengan bermodal visi akhirat seperti ini, maka sangat wajar jika Rasulullah tidak segan-segan mengabarkan jaminan surga kepada beberapa sahabatnya.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata,” Jadilah manusia yang paling baik di sisi Allah, paling buruk dalam pandangan dirimu, dan manusia (biasa) dalam pandangan orang lain.” Mari, kita berlomba-lomba menjadi lelaki akhirat, yang memaknai setiap detik sebagai ibadah demi menggapai jannah-Nya.
Walahua’lam bisshowab.

Pondok Kahfi, 230907

Tidak ada komentar:

Posting Komentar