Selasa, 06 Oktober 2009
The Doctor: Bukan Tentang Valentino Rossi
Jika Anda menyukai buku-buku karangan Atul Gawande seperti Better dan Komplikasi, saya yakin buku yang satu ini haram untuk Anda lewatkan. Dengan cara penulisan dan isi yang sama menariknya dengan karangan Atul, buku berjudul "The Doctor: Catatan Hati Seorang Dokter" ini sangat layak untuk dijadikan bacaan wajib bagi para dokter dan siapapun yang tertarik dengan dunia kedokteran. Seakan melengkapi sudut pandang Atul yang merupakan seorang dokter bedah, penulisnya, dr.Triharnoto, menulis buku ini dari kacamata beliau sebagai seorang dokter ahli penyakit dalam.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa Buku adalah Jendela Dunia. Melalui buku, kita dapat mengintip sebagian rupa dari realita dunia, mendapatkan gambaran besarnya, dan -mungkin- mengestimasi sisi sisanya yang tidak dapat kita lihat dari satu jendela. Nah, dalam rangka menjalankan perannya sebagai jendela dunia, buku The Doctor ini bagaikan jendela raksasa berukuran giga, sehingga memudahkan kita melihat dengan jelas dan jernih setiap hal yang terjadi di luar sana. Semua orang bisa melihat melalui jendela ini. Entah dia adalah seorang dokter yang seringkali justru jadi objek pengamatan orang di balik jendela, atau orang awam yang memang hanya sesekali menyempatkan diri untuk melihat pemandangan dunia di luar sana, dunia medis dan kedokteran.
Hampir semua angle dari pemandangan dunia kedokteran terekam dengan baik di buku ini. Tinggal pilih saja, mau dilihat semuanya, atau hanya satu sisi yang menarik minat masing-masing Anda. Jika Anda adalah siswa SMU, atau mahasiswa kedokteran tingkat awal, mungkin setengah bagian akhir di buku ini adalah yang paling menarik buat Anda. Karena pada bagian tersebut penulis lebih banyak bercerita tentang kasus-kasus yang pernah beliau temui, yang menggambarkan betapa serunya kehidupan seorang dokter. Tentu ditambah dengan kontemplasi ringan tapi mendalam di setiap babnya. Jika Anda adalah seorang dokter yang cukup senior, atau masyarakat awam, mungkin setengah bagian awal lah yang menarik minat Anda. Dengan content yang lebih ke arah filosofis, wacana makro, dan tidak banyak mengumbar istilah medis, bagian ini akan sangat mengasyikkan untuk Anda nikmati.
Sebenarnya, buku ini bukanlah buku pertama di Indonesia yang membahas dunia kedokteran. Sebelum buku ini terbit, saya pernah membaca buku2 semacam Mengobati dengan Hati, Dokter juga Manusia, Bagaimana Dokter Berpikir dan Bekerja, Ketika Nurani Dokter Bicara, Catatan Harian Calon Dokter, dan sebagainya. Tapi, jujur saja, buku ini yang terbaik sampai saat ini -menurut saya-. Cara dr.Triharnoto bertutur dalam buku ini sangat menyenangkan dan tulisan beliau mengalir dengan sangat mulus. Perbandingan wacana mikro-makro dan aplikatif-filosofis yang pas, membuat buku ini memiliki nilai tambah dibanding buku-buku serupa yang pernah saya baca. Garapan temanya yang luas -seperti yang sudah saya katakan sebelumnya- juga membuat buku ini unggul diantara buku2 lain. Di dalamnya, Anda akan menemukan hal2 menarik mulai tentang betapa runyamnya industri kesehatan kita, betapa sulitnya seorang dokter membuat puas seluruh pasien, hingga peningnya kepala para dokter yang terpaksa hidup dengan disekat kapitalisme yang semakin mendunia.
Di luar itu semua, kesempurnaan tentu saja tidak menjadi hak dari buku ini, tidak pula buku2 yang lain. Buat saya pribadi, kelemahan buku ini lebih ke hal2 teknis, kemasan, bukan ke isi. Yah, selera pribadi memang, tapi cover yang seharusnya bisa lebih ciamik, subjudul yang agak klise, font yang kurang cantik, dan layout yang terlalu polos, saya yakin menjadi faktor pertimbangan tersendiri bagi para calon pembeli. Saya pikir, penerbit bisa memoles lagi hal2 ini di edisi revisinya, lengkap dengan tambahan tulisan best seller di sudut kanan atas.
Saya hadiahkan jempol saya untuk dr.Toto, kanan dan kiri^^
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar